Published Desember 08, 2007 by with 0 comment

Dinasti Mamluk (Pembentukan, Kemajuan dan Kemundurannya)

Sejarah Pembentukan Dinasti Mamluk
Kalau ada negara Islam yang selamat dari kehancuran akibat dari serangan bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun Timur Lenk, maka negeri itu adalah Mesir yang ketika itu di bawah kekuasaan dinasti Mamalik. Karena negeri ini terhindar dari kehancuran, maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat dan beberapa diantara prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di Mesir.
Proses berdirinya Mamalik dimulai dengan terbunuhnya Sultan Maliq al-Shaleh dari dinasti Ayyubiyah pada 14 Sya’ban 647 H/22 November 1249 M. ketika mempertahankan Kairo dari serangan tentara Salib dibawa pimpinan Lois IX (raja Prancis). Kata Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang artinya yang dimiliki, yaitu budak atau hamba sahaya. Kaum Mamalik yang menguasai Mesir sebahagian besar berasal dari Circassia, Torkoman atau Mongol.
Dinasti ini mulai berkuasa pada tahun 1250-1517 M, yang terbagi dalam dua Mamalik yakni Mamalik Bahri yang berkuasa sampai dengan tahun 1382 M dan Mamalik Burji, sejak tahun 1382 sampai dengan tahun1517 M. Dinamakan dengan Mamalik Bahri karena semua budak-budak menjadi pengawal menempati al-Ramdat di sungai Mil (al-Bahr) dan dinamakan Mamalik Burji karena Sultan Qalamun menempatkan para budak di benteng (al-Burj) Kairo.
Ketika sultan al-Malik al-Shalih meninggal dunia pada tahun 1249 M, budak-budak asal Turki memperkuat dirinya dalam satu kesatuan yang terorganisasi. Hal ini dilakukan karena mereka menyadari bahwa pergantian sultan akan menggoyahkan kedudukan mereka. Sepeninggal sultan al-Malik al-Shalih, anaknya yang tertua, Turonsyah datang dari Mesopotania pada bulan pebruari 1250 M di Mesir, kedatangan Turonsyah di Mesir ini menimbulkan rasa takut dan iri dikalangan Mamalik dan Syajarah ad-Durr. Sehingga mereka berusaha untuk membunuh Turansyah. Pada bulan Mei 1250 M, Syajar ad-Durr dengan dibantu oleh Mamalik berhasil membunuh Turansyah. Mereka selanjutnya memproklamirkan Syajar ad-Durr sebagai penguasa baru menggantikan al-Malik al-Shalih.
Pemproklamiran Syajar al-Dur sebagai Sultanah bagi dinasti Baru Mamalik mendapat kecaman dari para bangsawan Ayyubiyah di Syiriah dan khalifah Mu’tazim di Bagdagh. Kepemimpinan Syajar al-Durr berlangsung selama tiga bulan. Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan menyerahkan tampuk pimpinan kepadanya sambil berharap dapat berkuasa terus di belakang tabir. Akan tetapi, segera setelah itu Aybak membunuh Syajar al-Dur dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada mulanya Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa sebagai sultan “syar’i” (formal) di samping dirinya yang bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, musa akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan awal dari kekuasaan Mesir dan awal dari kekuasaan dinasti Mamalik.
Sepeninggal Aybek, ia diganti oleh putranya, Ali (1257-1259) sebelum ditetapkan Qutuz –yang pada waktu itu sebagai wakilnya- menjadi penggantinya pada tanggal 12 Zulqaiddah 657 H/12 November 1259 M. setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri ke Syiriah karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Di awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. kedua tentara bertemu di ‘Ayn Jalut dan pada tanggal 13 November 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz dan Baybar berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan umat Islam disekitarnya. Penguasa-penguasa di Syiriah segera menyatakan setia pada penguasa Mamalik.
Dengan kemenangan pasukan Islam yang dipimpin oleh Baybar tersebut, maka ia mengharapkan Aleppo sebagai hadiah baginya tapi ditolak oleh Qutuz, karena itulah Baybars membunuh Qutuz dan kemudian mengangkat dirinya sebagai Sultan dengan gelar al-Malik al-Zahir. Sebelum wafat, Baybar berwasiat agar putranya pangeran Said, dinobatkan menjadi penggantinya.
Pangeran Sa’id dikawinkan dengan putri Saifuddin Qalawun. Sementara Said dinobatkan menjadi sultan, tetapi mertuanya memaksa turun tahta kemudian menggantikannya. Ketika Saifuddin Qalawun berkuasa (1279-1290 M) Mamalik Bahri tidak lagi memiliki figur yang dapat menandinginya bakan jumlah mereka di kalangan militer semakin berkurang, karena Qalawun mengambil tenaga militer untuk memperkuat kedudukannya dari Sarasia. Budak-budak Sirkasia dibelinya dalam jumlah besar untuk dididik menjadi militer yang ditempatkan di menara-menara (Burj) atau benteng. Tempat pendidikan mereka ini akhirnya menjadi identitas dari kelompok mereka, Mamalik Burji.
Tersisihnya Mamalik bahri dan masuknya Mamalik Burji menyebabkan Qalawun berhasil mewariskan kekuasaaan kepada keturunannya empat generasi.
Pemerintahan dinasti Mamluk yang juga disebut daulah al-Atrak (Negra-negara orang Turki)adalah oligarki militer dan tidak menerapkan sistem turun-tenurun. Tokoh militer yang menonjol dan berprestasi dapat dipilih sebagai sultan. Hal tersebut bergeser ketika Qalawun berkuasa. Ia menerapkan sistem turun-temurun dengan mewariskan kekuasaan kepada keturunannya sebanyak empat generasi.
Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa dalam proses berdirinya Dinasti Mamalik sebagaimana dinasti-dinasti lainnya, juga mengalami hambatan dan rintangan yang tidak ringan. Namun demikian kaum Mamalik dengan keberanian dan keuletannya dapat tampil dalam panggung sejarah, bahkan dinasti ini dapat eksis selama dua setengah abad lebih.

Kemajuan-kemajuan yang dicapai dinasti Mamluk.
Dinasti Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, utamanya pada masa pemerintahan Mamluk Bahri. Sistem oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena merupakan kandidat sultan. Adanya kompetisi semacam ini, memotivasi setiap amir untuk melakukan perubahan demi terjadinya suatu kemajuan di Mesir.

Adapun kemajuan-kemajuan yang dicapai dinasti Mamluk adalah sebagai berikut:
1. Bidang Militer.
Untuk menopang kalangan elit meliter, digabungkanlah antara transisi birokrasi Mesir dengan tradisi Iqta’. Pendapatan sektor-sektor pajak Mesir dan Syiria, ditetapkan untuk membiayai gaji sultan dan pejabat-pejabat meliter. Di Mesir para amir ditunjuk untuk menangani pendapatan sektor Iqta’, tetapi birokrasi pusat tetap berkuasa penuh menangani sektor pajak. Kalangan birokrasi mengadakan pengamatan untuk menetapkan sumber-sumber pendapatan yang tersedia dan untuk mencegah para Mamluk (militer budak) meraup pendapatan yang sangat besar atau meraih hak-hak lainnya di wilayah pedesaan. Paket Iqta’ harus terus diberikan secara bergiliran dan ditempuhlah setiap upaya menghalangi seorang Mamluk dari pencapaian otoritas pemerintahan atas wilayah Iqta’ mereka
Aspek kosmopolitan dan keagamaan serta kultur istana Mamluk diwarnai oleh sebuah etnis perochial dan penonjolan unsur militer. Kalangan istana Mamluk mendendangkan syair-syair Turki dan Ciraccassia, rezim Mamluk juga sangat suka terhadap pertunjukan kemiliteran, berbagai turnamen dan mementaskan seni peperangan. Demikianlah mereka berusaha meligitimasi diri mereka sendiri melalui penekanan hak mereka untuk memerintah dengan keunggulan penakluklan militer, dengan afiliasi kosmopolitan terhadap penguasa-penguasa timur tengah dan penguasa-penguasa masa silam, dan dengan pengabdian terhadap Islam.
Dinasti Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer.
2. Bidang Pemerintahan.
Kemenangan dinasti Mamluk atas tentara Mongol di Ayn Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa dinasti kecil menyatakan setia pada kerajaan ini. untuk menjalankan roda pemerintahan dalam negeri Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Di samping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat keturunan bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa Mongol, al-Muntansir sebagai khalifah. Dengan demikian, khalifah Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara Khulagu di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh dinasti ini, dan Kairo sebagai pusat. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan. Seperti tentara Salib disepanjang laut tengah, Assasin di pegunungan Syiria, Chernia (tempat kekuasaan orang-orang Armenia) dan kapal-kapal Mongol di Anatolia.


3. Bidang Ekonomi.
Pembangunan di bidang ekonomi dan perdagangan membawa kemakmuran. Jalur perdagangan yang dibangun sejak kekhalifaan fatimiyah diperluas dengan membuka hubungan dagang dengan Italia dan Perancis. Dalam pada itu, kedudukan Mesir menjadi penting bagi jalur perdagangan antara Asia dan Eropa melalui laut merah dan laut tengah.
Bidang perhubungan darat dan laut yang menjadi pilar utama dan penopang ekonomi negara menjadi lancar dengan menggali terusan-terusan, membuat pelabuhan-pelabuhan, dan menghubungkan Kairo dengan Damaskus. Disamping itu hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan ekonomi Mesir pada periode ini, didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antar kota melalui laut dan darat. Oleh karena itu ketangguhan angkatan laut menjadi bagian penting dalam pengembangan perekonomiannya.
4. Bidang ilmu pengetahuan.
Dasar untuk mengukur kemajuan peradaban suatu bangsa atau dinasti biasanya diukur dari tingkat perhatian dan penghargaannya terhadap ilmu pengetahuan. Kemajuan ilmu pengetahuan merupakan pertanda bagi kebangkitan peradaban suatu bangsa. Banyak dinasti Islam yang sangat berprestasi dalam dunia ilmu pengetahuan sehingga menambah khazanah keintelektualan yang mewarnai corak rasionalistik masa klasik Islam. di antara dinasti Islam yang sangat mengutamakan ilmu pengetahuan adalah dinasti Mamluk.
Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa dinasti Mamluk disebabkan oleh jatuhnya Baghdad yang mengakibatkan sebagian ahli ilmu pengetahuan melarikan diri ke Mesir. Dengan demikian Mesir berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, melanjutkan kedudukan kota-kota Islam lainnya setelah dihancurkan oleh bangsa Mongol.
Di Mesir, para ilmuan tersebut memperoleh perlindungan dan kehidupan yang terjamin sehingga ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat, seperti dalam bidang ilmu sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Telah tercatat sederetan nama-nama ilmuan yang terkenal ketika itu yakni: Ibn Khalikan, Ibn Taghribadri dan Ibn Khaldun dalam bidang sejarah, Nasir al-Din al-Tusi dalam bidang Astronomi, Abu al-Faraj al-‘Ibry dalam bidang matematika, Abu Hasan Abu Nafis dibidang kedokteran yang terkenal sebagai penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abd al-Mun’im al-Dimyathi dalam bidang kedokteran hewan dan al-Razi sebagai perintis psycoterapi.
Ketika para ulama Baghdad kehilangan semangat pintu ijtihad dan lari ke dunia tasawuf dan tarekat dan umat hidup dalam taqlid, maka di wilayah Mesir yang dikuasai dinasti Mamluk bermunculan ulama-ulama besar. Ulama-ulama tersebut antara lain Ibnu Taimiyah (1263-1328), penganjur kemurnian ajaran Islam untuk kembali pada al-Qur’an dan Hadis dan membuka pintu ijtihad; Jalaluddin al-Suyuti, seorang ulama yang produktif menulis, baik di bidang tafsir maupun sejarah.
5. Bidang Seni dan Budaya.
Pergantian Sultan yang dialami oleh dinasti Mamluk, khususnya pada masa dinasti Mamluk Bahri memberikan corak tersendiri bagi perkembangan arsitektur setiap sultan. Kondisi persaingan di bidang arsitektur ini memberikan gambaran tersendiri bagi kewibawaan dan kemajuan bagi diri sultan. Olehnya itu perhatian terhadap kondisi arsitektur melambangkan kejayaan kerajaan. Hal tersebut dapat dilihat dari setiap sultan berusaha lebih berhasil dari pendahulunya meskipun semuanya tidak terpenuhi, sehingga ada keinginan mengabadikan sesuatu yang bersifat monumental dari kepemimpinannya sebagai warisan sejarah.
Pengembangan arsitektur yang sangat tinggi tersebut ditopang oleh datangnya beberapa insinyur tehnik yang melarikan diri ke Mesir untuk mencari perlindungan kepada sultan akibat kejaran tentara Mongol. Kedatangan arsitek tersebut membawa Mesir mengalami perkembangan seni dan budaya secara cepat, dengan prestasi-prestasi tersendiri seperti arsitektur, keramik, dan karya arsitek dalam logam.
Desain arsitektural yang khas muncul sebagai seni arsitektur keagamaan pada periode ini. beberapa mesjid dan madrasah biasanya dibangun dengan sebuah ruang tengah yang terbuka yang dikelilingi empat serambi pada setiap sisi utama dari ruang tengah tersebut, dengan beberapa ruang yang berhubungan dilengkapi dengan kamar-kamar untuk para pelajar. Bangunan makam biasanya diberi atap dengan sebuah kubah. Bangunan-bangunan yang lain yang didirikan pada masa ini adalah rumah sakit umum, perpustakaan, vila-vila, kubah dan menara mesjid.
Kondisi kejayaan arsitektur Mamluk masa klasik digambarkan oleh beberapa ahli sejarah sebagai kota yang kaya akan pertunjukan visual ala kota klasik yang sangat luas, membentuk tatanan fisik kota dan melambangkan hubungan integral antara negara-negara Islam dan masyarakat urban.

Kemunduran dan Kehancuran dinasti Mamalik.
Dinasti Mamluk telah menorehkan tinta sejarah keemasan Islam dan memberikan sumbangsih terhadap peradaban Islam dengan berbagai kejayaan yang pernah diraihnya. Namun demikian, sejarah mencatat pula bahwa banyak kerajaan-kerajaan yang telah mencapai puncaknya akhirnya mengalami kemunduran. Hal itulah yang dialami oleh dinasti Mamluk, kejayaan yang diraihnya tertoreh sebagai warisan sejarah kejayaan Islam. sekaligus pengalaman pahit yang pernah terjadi dalam sejarah dinasti Islam akibat kehancuran yang dialami oleh dinasti ini.
Sejarah telah mencatat bahwa pada masa dinasti Mamluk Bahri, Mamluk mengalami berbagai puncak kejayaan utamanya pada masa Baybar memegang tampuk kepemerintahan. Setelah pemerintahan Mamluk beralih kepada kelompok Mamluk Burji, dinasti Mamluk mengalami banyak kemunduran. Kemunduran itu disebabkan berbagai faktor internal dan eksternal.
Para Sultan dari Mamluk Burji tidak memiliki pengetahuan cara mengatur roda pemerintahan kecuali latihan militer. Kenyataan menunjukkan situasi kelemahan yang dialami oleh dinasti ini. Barbesi misalnya melarang megimpor rempah-rempah dari India. Akibatnya, harga rempah-rempah menjadi mahal, apalagi komoditi ini dimonopoli oleh Sultan. Ia juga memonopoli pabrik gula dan melarang kaum wanita keluar rumah, memecat orang-orang non Muslim dari pegawi pemerintah. Dalam suasana stabilitas dalam negeri yang begitu rapuh, masyarakat juga dijangkiti berbagai macam penyakit epidemi yang meminta korban banyak.
Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai pengetahuan. Kebiasaan hidup berpoya-poya dan hidup mewah menyebabkan harga pajak melambung tinggi, sehingga menyengsarakan rakyat dan membuat mereka putus asa dan hilang kepercayaan terhadap sultan. Pajaklah satu-satunya jalan untuk mendapatkan uang yang banyak untuk membiayai pemerintahan, membayar pegawai, melengkapi istana-istana dengan berbagai kemewahan. Sultan yang memerintah dari tahun 1412-1421 M adalah seorang pemabuk, yang dibeli dari seorang pedagang Circassia. Sultan inilah yang melakukan berbagi perbuatan yang melampaui batas. Kondisi yang melanda dinasti Mamalik ini, meluas dari tingkat amir ke bentuk gangguan dalam masyarakat. Keadaan itu diperparah dengan adanya musim kemarau panjang yang mengakibatkan pertanian tidak berproduksi.
Disamping kondisi internal tersebut di atas, kondisi yang tak kalah pentingnya yang mewarnai kemunduran dan kehancuran dinasti Mamluk adalah faktor eksternal. Pada tahun 1498 Vasco Da Gama, seorang navigator yang berkebangsaan Portugis, mendapat jalan ke Timur melalui Tanjung Pengharapan di Afrika Selatan. Dengan penemuan ini, orang Portugis dan Eropa lainnya bersatu untuk mendatangi daerah-daerah penghasil rempah-rempah di Timur. Akibatnya adalah kapal-kapal yang biasanya melintas di daerah Mesir dan Syiria kini baralih ke Tanjung Pengharapan, sehingga penghasilan Mamluk menjadi berkurang. Dengan ditemukannya Tanjung Harapan sistem perdagangan dinasti Mamalik mulai runtuh secara berangsur-angsur.
Di pihak lain suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan bagi dinasti Mamalik, yakni kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di Mesir. Datangnya kekuatan baru tersebut diperparah dengan bergolaknya daerah kekuasaan Mamluk di Syiria. Selain karena penyerbuan tentara Mongol, juga karena ulah penguasa-penguasa setempat yang ingin melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Kekuatan Turki Usmani yang masuk Syiria itu berasal dari Anatolia yang memberikan perlawanan yang berarti terhadap pasukan Mamluk.
Dari Syiria, tentara Usmaniyah melaju ke Mesir. Pada waktu itu yang menjadi sultan di Mesir adalah Tumam Bey, bekas budak Qunshawh. Kedua belah pihak berhadapan di kota Kairo pada tanggal 28 Zulhijjah923 H/ 22 Januari 1417M,. kondisi pasukan Mamalik tidak dapat mengimbangi pasukan Turki Usmaniyah. Sehari setelah itu, sultan Salim dengan mudah memasuki Kairo. Orang-orang Mamalik menyerah kalah. Tumam Bey, sultan terakhir Mamalik akhirnya terbunuh pada bulan rabiul Awal 923 H/April 1517M.
Dengan demikian, berakhirlah masa pemerintahan dinasti Mamalik, Kairo yang sebelumnya menjadi ibu kota kerajaan, sekarang tidak lebih dari sebuah kota propinsi dari kesultanan Turki Usmaniyah.

None: Download selengkapnya...

0 comments:

Posting Komentar

Silakan titip komentar anda..