Published Mei 23, 2009 by with 0 comment

Fisika dan Sains Menurut Pandangan Islam

Sains, yang dipahami dalam arti terbatas sebagai pengetahuan objektif, tersusun dan teratur tentang tatanan alam semesta bukanlah produk pikiran modern semata. Bentuk-bentuk pengetahuan seperti ini juga tumbuh secara ekstensif dalam peradaban pra modern seperti Cina, India dan peradaban Islam. Sains-sains pra modern ini berbeda dengan sains modern dalam hal tujuan, metodologi, sumber-sumber inspirasi, dan asumsi-asumsi filosofis mereka tentang manusia, pengetahuan, dan realitas alam semesta.
Perbedaan utama lainnya adalah mengenai posisi sains dalam hubungannya dengan jenis pengetahuan yang lain. Dalam pra modern, sains tidak pernah dipisahkan dari pengetahuan spiritual, tetapi ia memiliki kesatuan organik.
Esensi pengetahuan spiritual adalah tentang dunia ruh (yang merujuk pada pengetahuan tentang Yang Maha Esa. Dan prinsip Keesaan Ilahi (tauhid merupakan pesan sentral Islam). Ia merupakan bentuk pengetahuan tertinggi serta tujuan puncak semua upaya intelektual.
Komponen fundamental pengetahuan orang Islam tentang Tuhan adalah pengetahuan tentang alam semesta sebagai salah satu efek tindak kreatif Ilahi. Pengetahuan tentang hubungan antara Tuhan dan dunia, antara Pencipta dan ciptaan, atau antara prinsip Ilahi dengan manifestasi Kosmik, merupakan basis fundamental dari kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual.
Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui berbagai cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan Yang Maha Mengetahui. Menurut al-Qur’an, pengetahuan manusia tentang benda-benda maupun hal-hal ruhaniah menjadi mungkin karena Tuhan telah memberinya fakultas-fakultas yang dibutuhkan untuk mengetahui.
َQ.S. al-Nahl
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(78)
Banyak filosof dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berfikir dan mengetahui, akal manusia mendapat pencerahan dari akal Ilahi.

Al-Qur’an bukan kitab sains, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip sains yang selalu dikaitkannya dengan pengetahuan metafisik dan spiritual. Panggilan al-Qur’an untuk “Membaca dengan nama Tuhanmu” telah ditaati secara setia oleh setiap genarasi muslim.
Oleh karena itu, sains Islam memiliki karakter religius dan spiritual. Menurut Ibnu Sina, sebuah sain disebut sains yang sejati jika ia menghubungkan pengetahuan tentang dunia dengan pengetahuan tentang prinsip Ilahi.

(Q.S. al-Baqarah 164)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ)
Q.S. al-Baqarah (190-191)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Q.S. Fathir : (12)
وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.

0 comments:

Posting Komentar

Silakan titip komentar anda..