Published Februari 09, 2010 by with 0 comment

Sumber dan Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan

Bagaimanakah kita mendapatkan pengetahuan ? persoalan mendasar ini sangat erat kaitannya ketika kita berbicara tentang sumber-sumber pengetahuan, berkembang diskurusus yang panjang mengenai proses terjadinya pengetahuan sehingga pada akhirnya lahirlah teori-teori epistemology yang dibahas dalam makalah ini adalah ;

Rasionalisme
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendaptkan pengetahuan yang benar, yang pertama adalah mendasarkan diri pada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan faham apa yang kita kenal dengan rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan faham yang disebut dengan empirisme.
Rasionalisme adalah suatu faham yang digunakan untuk menunjukkan berbagai pandangan dan gerakan yang berbeda-beda tentang idea.ide menurut mereka bukanlah ciptaan manusia. Prinsip itu sudah ada jauh sebeluim manusia berusaha memikirkannya. Paham ini dikenal dengan nama idealisme. Fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya. Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersifat apriori dan dapat diketahui oleh manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya. Di samping itu pula rasionalisme adalah teori ilmu pengetahuan yang menganggap ukuran dari kebenaran bukan bertalian dengan panca indera tetapi dengan intelektual yang bersifat dedukatif dan matematis.
Masalah utama yang muncul dari cara berfikir ini adalah mengenai criteria untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya. Ide yang satu bagi si A mungkin bersifat jelas dan dapat dipercaya namun hal itu belum tentu bagi si B. Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selama ini. Banyak dari ide yang sudah pasti pada satu waktu kemudian berubah pada waktu yang lain. Jadi masalah utama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif. Oleh sebab itu maka lewat penalaran akan dapatkan bermacam-macam pengetahuan mengenai satu obyek tertentu tampa adanya suatu consensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistik dan subyektif.

Empirisme
Empirisme (Yunani Latin), pengalaman adalah pengetahuanyang berlangsung berakar dalam data yang inderawi, yang tidak dialami berarti tidak ada dan tidak dapat dikenal. Karena empirisme hanya membenarkan adanya pengalaman lewat panca indera maka aliran ini disebut sensualisme. Empirisme yang dikenal adalah lawan rasionalisme.
Istilah sensualisme di sini diambil dari kata sense (indera), yang berpendirian bahwa sumber pengenalan pengetahuan dengan segala bentuknya adalah indera-indera bukan pikiran.
Sementara itu ilmu terus maju, hasil penyelidikan dapat menolong ummat manusia, kemajuan dianggap orang tak terhingga, anggapan orang terhadap filsafat berkurang, sebab dianggap sesuatu yang tak berguna untuk hidup. Ternyata dalam ilmu, pengetahuan yang berguna, pasti dan benar itu diperoleh orang melalui inderanya. Empirilah yang memegang peranan yang sangat penting bagi pengetahuan, malahan barangkali satu-satunya dasar pendapat di atas itu disebut empirisme.
Menurut anggapan kaum empiris, gejala-gejala alamiah adalah bersifat kongkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indera manusia gejala itu kalau kita telaah lebih lanjut mempunyai beberapa karakteristik tertentu umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu. Suatu benda padat kalau dipanaskan akan memanjang, langit mendung diikuti dengan turunya hujan. Demikian seterusnya dimana pengamatan kita akan membuahkan pengetahuan mengenai berbagai gejala yang mengikuti pola-pola tertentu. Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu generalisasi dari berbagai kasus yang telah terjadi. Dengan mempergunakan metode induktif maka dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual.
Masalahnya kemudian adalah mengenai hakikat pengalaman yang merupakan cara dalam menemukan pengetahuan dan panca indera sebagai alat yang menangkapnya. Pertanyaannya adalah apakah yang sebenarnya dinamakan pengalaman? Apakah hal itu merupakan presepsi? atau sensasi ? sekiranya kita mendasarkan diri kepada panca indera sebagai alat dalam menangkap gejala fisik yang nyata maka seberapa jauh kita dapat mengandalkan panca indera tersebut ?.
Ternyata kaum empiris tak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan mengenai hakikat pengalaman itu sendiri, sedangkan kekurangan panca indera manusia ini bukan merupakan suatu yang baru bagi kita. Panca indera manusia sangat terbatas kemampuannya terlebih penting lagi panca indera manusia bisa melakukan kesalahan. Contoh yang biasa kita lihat sehari-hari ialah bagaimana tongkat lurus yang sebagian terendam dalam air akan kelihatan menjadi bengkok, haruskah kita mempercayai hal semacam ini sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan.
Kekurangan empirisme selain yang telah disebutkan di atas, adalah memiliki ciri dari kebenaran ilmiah berkaitan erat denmgan maknanya yang secular. Dimana empirisme hanya meyakini yang nampak oleh indera dan mengenyampingkan yang abstrak, sehingga penganut empirisme tidak mengakui akan adanya Tuhan, Surga, Akhirat dan Neraka. Sementara menurut pandangan transcendental kehidupan di Dunia ini bagaimana pun hanya merupakan suatu masa belajar sebelum seseorang memenuhi persyaratan bagi pembebasan rohnya.

Fenomenologi
Dalam mengatasi perselisihan para filosof, tentang cara memperoleh pengetahuan, maka aliran fenomenologi berupaya melakukan elaborasi antara peran akal (rasio) dan indera (pengalaman) dengan maksud untuk melengkapi, menjembatani, bahkan memberikan alternative-alternatif metodis lainnya. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya beberapa faham filsafat baru yang merupakan pengembangan dari empirisme dan rasionalisme, sehingga muncullah faham fenomenologi dan intuisme.
Fenomenologi itu adalah aliran filsafat, yang kira-kira 50 tahun yang lalu dimulai oleh seorang filusuf Jerman bernama Edmun Husserl. Ia dilahirkan di Prosswitz (Moravia) pada tun 1859. Semula ia belajar ilmu pasti di Wina tetapi kemudian ia berpindah studi kefilsafat, berturut-turut ia menjadi guru besar di unversitas Halle, Gottingen dan Freirburg (I.B).
Fenomenon dalam bahasa Inggris berarti fenomena yang berarti perwujudan, gejala, kejadian natural pada kejadian alam. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri atau dapat juga dikatakan sesuatu yang sedang menggejala.
Dalam ensiklopedi, fenomenologi merupakan suatu penelitian sistematik terhadap suatu gejala/pengalaman kesadaran sebagaimana terlihat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Catatan:
Makalah di atas belum lengkap, maka silahkan download lengkapnya...

0 comments:

Posting Komentar

Silakan titip komentar anda..