Published Januari 25, 2010 by with 0 comment

Mendidik Anak dengan Baik dan Benar

Mendidik Anak dengan Baik dan Benar - Saat ini kita perlu merasa perihatin dengan munculnya beberapa kasus yang menimpa generasi muda ditanah air kita, di mana pada usia yang masih belia, bahkan masih dalam kategori anak-anak, telah terjadi perilaku-perilaku yang tidak lagi bisa dikatagorikan sebagai bentuk “kenakalan” pada umumnya, melainkan sudah menjerumus pada prilaku kriminal. Padahal kita tahu bahwa mereka adalah generasi yang akan meneruskan perjuangan kita; generasi yang akan menjadi bagian dari potret tanah air Indonesia di massa yang datang.

Realitas ini harus kita sikapi secara serius , karena jika tidak , maka kiranya bukanlah suatu hal yang mustahil kasus-kasus seperti itu akan menjalar dan menjangkit mengenai lingkungan kita.Marilah kita kembali kepada konsep ajaran agama Islam yang memandang anak sebagai amanah atau titipan Allah yang harus dijaga dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh, khususnya dalam hal pendidikan dan juga mengenai hal yang lainnya. Memang di zaman sekarang tantangan yang dihadapi begitu besar dan berat, mendidik anak ibarat menggiring domba ditengah kawanan serigala, sedikit lengah , habislah domba itu di mangsanya.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Dalam usia-usia dimana mereka belum stabil dan belum pula memiliki ketahanan, mereka masih dalam proses mencari bentuk dan sangat mudah terpengaruh oleh teman-teman dan lingkunagannya, mereka akan mencari alternatif yang mereka jumpai di sekitarnya yang seringkali mengesampingkan pertimbangan moral. Maka kita harus hati-hati dalam menawarkan figure-figur yang akan menjadi pilihan mereka.Sebagai orang tua atau kakak atau senior, kita harus benar-benar mampu memeberikan alternatif terbaik, agar kepribadian yang mereka miliki juga baik. Dan harus disadari benar bahwa dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang tidak saja besar, tetapi juga menentukan. Rasulullah SAW dalam sebuah hadis menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah atau suci, adapun ia akan menjadi Yahudi atau Nasrani tergantung orang tuanya dalam mendidik dan mempengaruhinya.Dalam kaitannya dengan pendidikan anak-anak atau putra-putri Islam, para ulama menyatakan bahwa kewajiban pertama kali bagi setaip orang tua adalah menanamkan akidah dan tauhid. Maka langkah pertama kali bagi orang tua yang merupakan kewajibannya sebagai adalah menegenalkan mereka kepada Allah SWT, sebagai Tuhannya, serta mengajarkan mereka tentang nilai-nilai ketuhanan.Dalam hal ini, tidak selalu harus ditempuh dengan memberikan pelajaran formal dalam forum khusus atau tertentu, namun bisa memesukkannya ke dalam bentuk budaya dan prilaku sehari-hari. Sebagai contoh adalah dengan mengajarkan bacaan basmalah dan hamdalah serta doa-doa ringan sebelum dan sesudah mengerjakan sesuatu yang baik dalam aktivitas kesehariannya, dan kita pun mencontohkannya.Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,Di samping nilai-nilai ketuhanan seperti disebutkan diatas, juga pendidikan yang harus sejak dini di tanamkan kepada anak adalah kesadaran akan kewajiban kepada Allah Swt. Rasulullah SAW bersabda:
مُرُوْا أوْلَادَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أبْنَاءُ سَبْعِِ سِنِيْنَ وَأضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ. رواه الحاكم
Artinya: “Suruhlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jiak mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah (dengan pukulan yang tidak membahayakn) jika tidak mau melaksanakannya. Kemudian pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR al-Hakim)
Download khutbah lengkapnya...
Read More
Published Januari 21, 2010 by with 0 comment

Sekitar Filsafat Islam

Apakah manusia, alam dan Tuhan itu? Mungkinkah sesuatu yang muncul di alam ini berawal dari ketidak adaan? Bila yang ada dari ketidak adaan atau dari yang ada akan dikemanakan, atau kemana serta kepada siapa akan ia kembali? Setidaknya demikianlah yang menjadi pertanyaan-pertanyaan dalam mengkaji filsafat termasuk filsafat Islam.

Pertanyaan tersebut sukar di jawab. Bukan berarti sulitnya dalam arti kata Tuhan, alam, manusia dan yang ada serta yang tidak ada, akan tetapi karena banyaknya jawaban yang diberikan filsafat manusia terhadap pertanyaan itu sampai pada hakekatnya. Hal ini tiada lain yang akan memberikan jawaban secara hakiki adalah filsafat itu sendiri.

Persoalan pada pertanyaan di atas, pertama sekali dikemukakan oleh orang-orang Yunani dengan munggunakan akal, maka muncullah filosof seperti Thales yang bertanya "apa sebenarnya bahan alam semesta itu ?" ada juga yang menyelesaikan dengan menggunakan indera/ pengalaman seperti al-Kindi dengan ilmu fisika dan matematikanya yang menurutnya ilmu tersebut adakalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat di indera.

Pengertian Filsafat Islam
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang kata dasarnya adalah philein artinya mencintai atau philia, cinta dan sophia artinya kearifan yang pada akhirnya melahirkan kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan dalam pengertian "cinta kearifan" pengertian filsafat ini pertama sekali dipergunakan oleh Pytagoras (572-497 SM). Ia membagai kedalam dua kata "philos" (cinta), sophie (pengetahuan). Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan seseorang yang bernama Leon kepada Pytagoras tentang pekerjaannya. Maka Pytagoras menjawab bahwa pekerjaannya adalah ia sebagai seorang filosof (pencinta pengetahuan). "a lover of wisdom".

Latar Belakang Historis
Kiranya menarik untuk mereka-mereka alasan, mengapa suatu gerakan keagamaan merasa perlu meminjam sistem pemikiran teoritis dari luar, padahal ia sendiri sudah dilengkapi dengan berbagai perangkat teoritis. Para penganut gerakan itu seharusnya merasa bahwa sistem pemikiran mereka sudah lebih dari cukup untuk menghadapi berbagai isu dan masalah konseptual yang mungkin timbul di kemudian hari.

Demikian kasus yang terjadi dalam Islam. Di dalam sistem pemikiran Islam,pertama dan utama, ada Al-Qur’an yang sarat dengan analisis terperinci seputar hakikat realitas dan anjuran-anjuran moral bagi para pembacanya. Setelah Al-Qur’an ada sunnah bagi kebanykan umat muslim,dan bimbingan yang terus menerus, dari pemimpin spritual(Imam) bagi sebahagian yang lain. Kalangan kebanyakan itu disebut muslim sunni lantaran komitmen mereka pada berbagai hadits mengenai prilaku Nabi Muhammad.

Ontologi Filsafat Islam
Walaupun filsafat Islam nampak dengan watak religinya, tetapi filsafat Islam tidak mengabaikan problemantika-problemantika filsafat Islam. Oleh karenanya filsafat Islam memaparkan secara luas teori ada (ontologis), menunjukkan pandangannya tentang waktu, ruang, dan kehidupan. Filsafat Islam membahas secara luas tentang epistemologi, maka ia membedakan antara jiwa dan akal, al-fitri dan al-muktasab (yang bersifat fitri dan bisa dicari), benar dan salah serta membedakan antara

Pemikiran filsafat Islam lebih luas dari sekedar terbatas pada aliran-aliran Aristotelisme Arab saja, karena pemikiran filasafat Islam telah muncul dan dikenal dalam aliran-aliran teologis (Kalamiah) sebelum orang-orang paripatetik (Al-Musya'iyyun) dikenal dan menjadi tokoh. Dalam ilmu kalam terdapat filsafat, sedangkan filsafat benar-benar menukik dan dalam. Mu’tazilah mempunyai pendapat dan pembahasan yang memecahkan berbagai problematika ketuhanan, alam dan manusia.

Epistemologi Filsafat Islam
Epistemilogi sering digandengkan dengan metode ilmiah, sedangkan metode ilmiah adalah cara untuk mengetahui sebuah objek ilmu sebagaimana adanya. Metode ilmiah ini tentu harus disesuaikan dengan sifat dasar objeknya. Karena objek-objek ilmu memiliki sifat dasar, karakter dan status ontologis yang berbeda, maka metode ilmiah, setidaknya dalam epistemologi Islam, juga beragam sesuai dengan objek-objeknya. Tak heran kalau dalam epistemologi Islam ditemukan berbagai metode ilmiah, yakni metode observasi atau eksperimen (tajrib) untuk objek-objek fisik, metode logis (burhani) untuk objek-objek non-fisik dan metode intuitif (irfani) untuk juga objek-objek non-fisik dengan cara yang lebih langsung.

Dengan ketiga macam, metode ilmiah tersebut, ilmuan-ilmuan muslim dan para filosofnya dapat mengadakan penelitian, baik dibidang ilmu-ilmu alam (fisik),matematika, ataupun metafisika, ketiga hal tersebut merupakan kelompok utama ilmuan dalam sistem klasifikasi ilmu Islam.

Aksiologi Filsafat Islam
Secara garis besar kegunaan mempelajari filsafat sebagai berikut yaitu, kegunaan teoritis, yaitu dapat membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis serta rasionalsehingga dapat memperoleh kesimpulan yang benar. Sedangkan secara praktis, bahwa orang berfilsafat dapat dibuktikan dalam kehidupan kesehariannya seperti dalam penggunaan pada pengetahuan tentang: logika, etika, estetika dan lain-lain.

Menurut al-Kindy, filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran) sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu ketuhanan, ilmu kesaan (wahdaniyah), ilmu keutamaan (fadilah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan. Jadi tujuan seorang filosof bersifat teori, yaitu mengetahui kebenaran dan bersifat amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. Semakin dekat pada kebenaran semakin dekat pula kepada kesempurnaan.
Read More
Published Januari 20, 2010 by with 0 comment

Pengertian dan ciri-ciri Ilmu serta sistem kerja keilmuan

Al-Ghazali dalam bukunya "Al-Munqiz min al-Dhalal" sebagaimana dikutip oleh AM. Saefuddin mengatakan:

Janganlah melihat yang benar itu dari manusianya tetapi kenalilah dahulu apa yang benar itu, kemudian engkau baru akan dapat mengenal dan mengetahui siapakah orang yang benar itu.
Meskipun sebagian filosof membedakan antara ilmu dengan pengetahuan, namun dalam makalah ini tidak akan menjadikan keduanya sebagai suatu yang dikotomis untuk dibedakan. Oleh Ahmad Syadali yang dikutip dari Louis Kattsoff dikatakan bahwa bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukannya di dalam ilmu pengetahuan.
Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada dalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga manusia adalah: akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
Bertrand Russel menyampaikan bahwa jika seseorang tertarik pada filsafat, ia tidak akan menjadi filosof yang baik hanya dengan jalan mengetahui fakta-fakta ilmiah yang lebih banyak, melainkan yang harus ia pelajari terlebih dahulu adalah asas-asas, metode-metode, dan pengertian-pengertian yang umum.

Sebelum masuk pada defenisi ilmu, maka ada tiga kategori pengetahuan yang perlu kita kenal, yaitu:7
1. Pengetahuan inderawi (knowlwdge)
pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat dijangkau secara langsung oleh panca indera. Batas pengetahuan ini ialah segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh panca indera. Kedudukan knowledge ini adalah penting sekali, karena ia merupakan tangga untuk melangkah ke ilmu.
2. Pengetahuan keilmuan (science)
pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat diteliti dengan riset atau eksperimen , sehingga apa yang ada di balik knowledge bisa dijangkau. Batas pengetahuan ini ialah segala sesuatu yang tidak terjangkau lagi oleh rsio atau otak dan panca indera.
3. Pengetahuan falsafi
Pengetahuan ini mencakup segala fenomena yang tidak dapat diteliti tapi dapat dipikirkan. Batas pengetahuan ini ialah alam, bahkan juga bisa menembus apa yang ada di luar alam.

Catatan:
Makalah di atas belum lengkap, Download makalah lengkapnya...
Read More
Published Januari 20, 2010 by with 0 comment

Mengapa Memilih Islam

Mengapa kita memilih Islam sebagai agama dan sistem hidup? Inilah pertanyaan besar saat ini yang perlu kita jawab. Karena banyak usaha yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk tasykik (membuat ragu) kaum Muslimin pada agama mereka. Kita mendengar dan melihat upaya kaum sekuler yang berpendidikan Barat atau yang terpengaruh oleh Barat agar Islam itu dipahami dan diyakini hanya dalam masalah ubudiyah individual dan tidak ada ajarannya yang terkait dengan masyarakat, Negara dan pemerintahan. Ada lagi yang mencoba untuk menggiring umat Islam untuk takut kepada Islamnya dengan mengangkat dan mengembangkan agenda terorisme terus menerus seperti yang dilakukan Amerika dan sekutunya di seluruh dunia Islam.
Padahal sampai saat ini, defenisi teroris yang mereka rumuskan adalah menjurus kepada para aktivis Islam yang menginginkan Islam tegak di negerinya dan berusaha untuk membebaskan negeri-negeri Islam dari berbagai pengaruh asing yang bertentangan dengan Islam. Apa yang dituduhkan terhadap mereka, belum tentu seperti yang mereka lakukan. Karena penanganannya sangat represif dan jauh dari proses yang adil, kendati dalam batas-batas hukum yang berlaku yang mereka ciptakan sendiri.

Yang lebih menyedihkan lagi, tak sedikit pula dari kalangan Islam itu sendiri dan yang mengaku memperjuangkan Islam berupaya menarik dan menyimpangkan perjuangan umat Islam demi meraih kepentingan politik dan dunia yang amat sedikit itu jika dibandingkan dengan apa yang dijanjikan Allah bagi mereka di akhirat kelak berupa ampunan, syurga dan keridhaan-Nya. Ditambah lagi ta’ash-shub (fanatik buta) jamaah dan kelompok-kelompok umat Islam sehingga seakan kebenaran itu mutlak milik mereka. Bagi yang berbeda pendapat, mereka anjurkan keluar saja dan mencari jamaah atau kelompok lain saja. Apalagi ada pula jamaah atau kelompok yang seakan kunci syurga atau neraka ada di tangan mereka. Sebab itu, dengan mudahnya mereka mengobral kunci tersebut kepada kaum Muslimin yang masih awam terhadap Islam dan memerlukan pengajaran dan bimbingan tentang hakikat ajaran Islam.

Akhirnya, banyak umat Islam menjadi bingung dan ragu terhadap agama mereka sendiri. Tak jarang pula di antara mereka yang menjadi jauh dari Islam dan dakwah Islam serta takut pada Islam. Kondisi seperti ini tentunya tidak menguntungkan umat Islam, melainkan yang diuntungkan adalah umat lain yang benci dan selalu memerangi Islam dan umatnya. Download lengkapnya...
Read More
Published Desember 26, 2009 by with 0 comment

Puasa menuju derajat Taqwa


Khutbah jum'at Puasa menuju derajat Taqwa - Atas dasar keimanan kita semua, kita telah diperintah oleh Allah swt., melalui firman-Nya yang tertulis dalam al Qur’an untuk menjalankan puasa.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ .

Alhamdulillah, seruan berpuasa itu telah kita jalankan sepenuhnya dengan ikhlas. Lebih dari itu, di bulan puasa ini, sebagaimana yang disampaikan dan sekaligus dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, sosok manusia yang paling mulia dan kita cintai, agar ibadah puasa disempurnakan dengan amal ibadah lainnya, seperti tadarrus al Qur’an, sholat taraweh, bersedekah, zakat fitrah dan lain-lain. Semoga dengan itu semua, Allah swt., benar-benar mengangkat derajat kita sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan dan ridha-Nya.

Memang tidak semua orang yang berpuasa mendapatkan derajad taqwa, karena puasanya kurang sempurna, hingga dari puasanya itu hanya akan mendapatkan lapar dan dahaga. Tetapi insya Allah puasa kita semua, tidak sebagaimana yang disinyalir oleh hadits tersebut. Puasa kita telah mendapatkan dampak yang positif dalam membangun pribadi kita semua.

Kaum muslimin dan muslimat, saudaraku yang berbahagia,
Setelah bulan Ramadhan ini, Insya Allah kita meneruskan perjalanan ke bulan berikutnya ialah bulan Syawwal. Syawwal artinya adalah peningkatan, yaitu peningkatan derajat ketaqwaan kita. Semoga Allah juga memberikan identitas kita semua sebagai orang yang bertaqwa dan kualitas kita berhasil meningkat, sebagaimana maksud nama dari bulan ini, ialah Bulan Syawwal.

Sosok manusia hingga disebut sebagai telah bertaqwa menyandang ciri-ciri sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an pada surah al Baqoroh ayat dua hingga ayat empat sebagai berikut :

.
الَذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ وَ الَذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ إلَيْكَ وَ مَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَ بِالآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ

Dari ayat al Qurán tersebut dapat kita tangkap bahwa ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah (1) beriman kepada yang ghaib, (2) menjalankan sholat dengan khusyu’, (3) menafkahkan sebagian rizkinya, (4) beriman kepada kitab-kitab Allah, dan (5) mereka yakin akan terjadinya hari akhir.
Catatan: Khutbah belum lengkap, maka silahkan download lengkapnya....
Read More
Published Desember 23, 2009 by with 0 comment

Speedy hadir di kota Sape

Beberapa hari yang lalu, tak sengaja melihat spanduk berwarna dominan merah terpajang di salah satu ruko mungil belakang masjid besar Sape. spanduk bertuliskan kurang lebih seperti ini "Kini Speedy hadir di kota anda". Awalnya cuek aja, namun setelah berulang kali lewat depan ruku tersebut ko' malah jadi penasaran. hehehe dari pada mati dalam keadaan penasaran mending di lepas aja rasa itu.
Ku parkir motor "Si Hitam" di halaman masjid sekalian sambil nunggu waktu shalat Ashar tiba, ku sempatkan diri melangkah menuju ruko tadi dan bertanya di sana, Emang benar Speedy telah masuk di Sape?
Pria ganteng itu menjawab dengan gaya cuek... "ya" sambil memegang tang krimping dan kepala RJ 45 di tangan kananya.

Speedy oh Speed...
Layanan ini memberikan jaminan kecepatan sesuai dengan paket layanan yang digunakan dari modem pelanggan sampai ke BRAS (broadband remote access server) dengan pilihan kecepatan akses 1 Mbps per line. Sebagai perbandingan, kecepatan akses teknologi dial-up yang digunakan oleh layanan Telkomnet Instan adalah 56 kbps per line.
Untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi situs resminya "Telkom Speedy". Dan kami berharap agar speedy benar-benar speed hehehehe....
Peace
Read More
Published Desember 20, 2009 by with 0 comment

Mahalnya Harga Hidayah


Mahalnya harga hidayah - Carut marut kehidupan umat manusia hari ini, tak terkecuali di Indonesia yang mayoritas Muslim, sebagai akibat jauhnya mereka dari Hidayah (petunjuk) Allah. Carut marut itu terlihat dalam semua level kehidupan, sejak dari kehidupan individu, rumah tangga, masyarakat sampai Negara. Akibatnya, terjadi kekacauan hidup dan kezaliman di mana-mana dan di semua lini kehidupan. Yang paling menyedihkan dan mengerikan lagi, manusia hari ini berlomba-lomba membangkang kepada Allah; Tuhan Pencipta mereka sendiri. Bahkan banyak pula yang bersumpah atas nama Allah untuk kufur pada-Nya dan menyingkirkan hukum Allah dari lapangan kehidupan serta menerapkan hukum jahiliyah sebagai gantinya. Anehnya, mereka masih saja mengklaim sebagai Muslim.

Pertanyaan yang sering muncul ialah : Mengapa manusia ada yang beriman kepada Allah dan hukum Allah dan ada pula yang kafir (mengingkari) Allah dan hukum-Nya dan atau beriman kepada Allah tetapi kafir pada hukum Allah? Kenapa tidak Allah ciptakan saja semua manusia itu beriman kepada-Nya dan kepada hukum-Nya. Bukankah Allah itu Maha Kuasa?
Allah, Sebagai Tuhan Pencipta manusia mempersilahkan manusia itu sendiri yang memilih jalan hidup yang akan mereka jadikan aturan dan standar kehidupan di dunia ini, apakah jalan iman (keyakinan dan ketaatan) kepada-Nya, atau jalan kufur (pengingkaran dan maksiat) kepada-Nya, hukum dan sistem-Nya. Namun setiap pilihan itu akan mengandung konsekuensi akhirat yang berbeda. Allah menjelaskan :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا (29) إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا (30) أُولَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا (31)
Dan katakanlah: "Kebenaran (Al-Qur’an) itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (29) Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.(30) Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka syurga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam syurga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. (31) (QS. Alkhafi : 29 – 31)
Catatan: Download khutbah lengkapnya...
Read More