Published Februari 24, 2010 by with 0 comment

Menggapai Puncak Keimanan

Menggapai Puncak Keimanan - Iman adalah anugerah Allah yang paling mahal bagi seorang mukmin. Tidak semua manusia dapat kesempatan memperolehnya. Sebab itu, iman harus dipelihara dan dijaga sebaik mungkin. Bila ia rusak, apalagi hilang tercerabut dari dalam diri seseorang, maka nilai kehidupannya akan menjadi nol di mata Allah. Kendati di dunia bisa saja ia merasakan berbagai kenikmatan dan kesenangan hidup serta meraih kedudukan yang tinggi, namun di akhirat ia akan mendapat murka dan siksa. Allah menjelaskan :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang kafir (tidak beriman dan mentauhidkan Allah), dari kalangan Ahlul KItab (Yahudi dan Nasrani) dan kalangan kaum musyrikin, mereka adalah di neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya, sedangkan mereka adalah makhluk yang terburuk (QS. Al-Bayyinah/ 98 : 6)

Di zaman sekarang, banyak orang yang tidak menyadari harga atau nilai keimanan. Disadari atau tidak, orang mudah merusak dan bahkan membuang imannya dari dalam diri hanya karena berharap sedikit kenikmatan dunia. Akhirnya ia menggadaikan iman dengan kufur, petunjuk dengan hidayah dan meperdagangkan akhirat dengan dunia. Pola hidup manusia seperti itu disebut Allah sebagai orang yang menukar yang mahal dengan yang murah atau yang banyak dengan yang sedikit dan ampunan (syurga) dengan azab (neraka). Allah menjelaskannya :
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ فَمَا أَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ (175)
Mereka itu adalah orang-orang yang membeli kesesatan dengan hidayah dan azab dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka! (QS. Al-baqarah : 175). Download lengkapnya...
Read More
Published Februari 20, 2010 by with 0 comment

IBNU SINA: Falsafat al-Fayadh, al-Nafs dan Falsafat al-Wujud (Ontologi)

Dalam sejarah peradaban manusia, konstruk budaya sangat dipengaruhi oleh kearifan dan kebijaksanaan yang dilahirkan oleh para filosof-filosof yang memiliki jiwa kritis, kesadaran diri dan akal, serta proses panjang kreativitas pikir yang memiliki daya dobrak dalam mempersoalkan segala sesuatu yang menurut kaca mata awam tidak perlu dipersoalkan. Sebab, hasrat besar dan rasa “ingin tahu” bagi manusia “filosofis“ berpijak pada pandangan yang menilai alam semesta beserta isinya bukan hanya sebagai realitas-realitas independen yang ultimate untuk dikaji, melainkan menjadi “tanda-tanda” (ayat) kebesaran dan keberadaan Tuhan.
Karakteristik radikal inilah yang menjadikan falsafah sebagai induk segala ilmu pengetahuan yang darinya segala jenis ilmu berasal. Oleh karena itu, alam semesta dan manusia tak lain adalah “medan kreatif” emanasi Tuhan yang menjadi petunjuk dalam menemukan “jejak-jejak Tuhan”, sekaligus diharapkan dapat menambah keimanan dan bukan penolakan terhadap eksistensi-Nya.
Pada perkembangannya, proses transformasi pemikiran filosofis ini telah melahirkan tokoh berkaliber dunia yang kedalaman ilmunya telah banyak memberikan kontribusi dalam “sejarah akal” manusia. Salah satu yang menjadi objek kajian dalam makalah ini adalah Ibnu Sina. Sosok Ibn Sina, dalam banyak hal mempunyai keunikan tersendiri di antara para filosof muslim. Tidak hanya itu, ia juga memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia adalah salah satu filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci. Suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim selama berabad-abad meskipun ada serangan-serangan dari Al-Ghazali, Fakhr al-Din al-Razi dan sebagainya Kebesarannya sebagai tokoh filsafat pada masanya terbukti ketika Al-Ghazali melancarkan serangan terhadap pemikiran kaum filosof, Al-Ghazali tidak menemukan tokoh filsafat di hadapannya sekaliber Ibn Sina .

1. Biografi dan Karya Ibn Sina
Nama lengkap Ibn Sina adalah Abu Ali al-Husein ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Ali Ibn Sina dan dikenal dengan julukan “al-Syaykh al-Rais“ (Pemimpin Para Sarjana). Di dunia Barat ia dikenal dengan nama “Avicenna” atau disebut juga “Aristoteles Baru”. Dilahirkan pada tahun 370 H (8-980 M) di Afsyanah, dekat Bukhara, Transoxiana (Persia Utara), wilayah Afganistan sekarang, dan meninggal pada hari Jum`at bulan Ramadhan tahun 428 H/ 1037 M dalam usia 58 tahun dan dikuburkan di Hamazan.
Ibn Sina adalah filosof Islam terkemuka dan dokter yang brilian. Ia mempelajari ilmu-ilmu yang ada pada masanya dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan dan peradaban, ia mencoba mensintesakan berbagai orientasi pemikiran dan pendangan-pandangan keagamaan yang berbeda-beda. Ia pernah menjadi Wazir, namun tidak begitu menyukainya seperti kesukaannya terhadap ilmu kedokteran.
2. Pokok-Pokok Pikiran Ibn Sina
a. Falsafat al-Faydh.
Teori emanasi Platonisme yang menjadi objek kajian penting metafisika dalam filsafat, telah disinggung oleh al-Kindi, kemudian diungkapkan oleh al-Farabi, dan dikembangkan pula oleh Ibn Sina. Sebagai pendiri Neo-Platonisme Arab, ia berpendapat bahwa Tuhan sebagai akal murni memancarkan Akal Pertama, sekalipun Tuhan terdahulu dari segi zat, namun Tuhan dan akal pertama adalah sama-sama azali. Berbeda dengan Al-Farabi, Ibn Sina berpendapat bahwa Akal Pertama mempunyai dua sifat: wajib al-Wujud, sebagai pancaran dari Allah dan mumkin al-Wujud jika ditinjau dari hakekat dirinya ( وجب الوجود لذته dan وجب الوجود لغيره ) atau Necessary by Virtue of the Necessary Being dan Possible in Essence. Dengan demikian ia mempunyai tiga obyek pemikiran: Tuhan, dirinya sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya.

Catatan:
Makalah di atas belum lengkap, download makalah lengkapnya...
Read More
Published Februari 20, 2010 by with 0 comment

Kiai Gaul Dari Sape

Di malam hampir dini hari, aye beserta konco gue datang berkunjung ke gubuk teman yang memang lumayan dah lama tak nongol di hadapannya. Kopi ABC menyambut dengan segera... uhui.. ngopi dong...
Cuman kurang srek suasana rasanya, kurang meriah gitu seperti geng ijo, bila seorang kawan ini tak menyetor batang hidungnya. Dialah Ustaz "MUSLIM" kiai gaul. liat aja penampilan beliau dengan kopluknya, cari nomur urut 11-12 dengan mantan vokalisnya Jamrud.

Mirip... iya memang mirip bila di liat dari bulan pake pipet lagi...
Read More
Published Februari 09, 2010 by with 0 comment

Sumber dan Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan

Bagaimanakah kita mendapatkan pengetahuan ? persoalan mendasar ini sangat erat kaitannya ketika kita berbicara tentang sumber-sumber pengetahuan, berkembang diskurusus yang panjang mengenai proses terjadinya pengetahuan sehingga pada akhirnya lahirlah teori-teori epistemology yang dibahas dalam makalah ini adalah ;

Rasionalisme
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendaptkan pengetahuan yang benar, yang pertama adalah mendasarkan diri pada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan faham apa yang kita kenal dengan rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan faham yang disebut dengan empirisme.
Rasionalisme adalah suatu faham yang digunakan untuk menunjukkan berbagai pandangan dan gerakan yang berbeda-beda tentang idea.ide menurut mereka bukanlah ciptaan manusia. Prinsip itu sudah ada jauh sebeluim manusia berusaha memikirkannya. Paham ini dikenal dengan nama idealisme. Fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya. Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersifat apriori dan dapat diketahui oleh manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya. Di samping itu pula rasionalisme adalah teori ilmu pengetahuan yang menganggap ukuran dari kebenaran bukan bertalian dengan panca indera tetapi dengan intelektual yang bersifat dedukatif dan matematis.
Masalah utama yang muncul dari cara berfikir ini adalah mengenai criteria untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya. Ide yang satu bagi si A mungkin bersifat jelas dan dapat dipercaya namun hal itu belum tentu bagi si B. Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selama ini. Banyak dari ide yang sudah pasti pada satu waktu kemudian berubah pada waktu yang lain. Jadi masalah utama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif. Oleh sebab itu maka lewat penalaran akan dapatkan bermacam-macam pengetahuan mengenai satu obyek tertentu tampa adanya suatu consensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistik dan subyektif.

Empirisme
Empirisme (Yunani Latin), pengalaman adalah pengetahuanyang berlangsung berakar dalam data yang inderawi, yang tidak dialami berarti tidak ada dan tidak dapat dikenal. Karena empirisme hanya membenarkan adanya pengalaman lewat panca indera maka aliran ini disebut sensualisme. Empirisme yang dikenal adalah lawan rasionalisme.
Istilah sensualisme di sini diambil dari kata sense (indera), yang berpendirian bahwa sumber pengenalan pengetahuan dengan segala bentuknya adalah indera-indera bukan pikiran.
Sementara itu ilmu terus maju, hasil penyelidikan dapat menolong ummat manusia, kemajuan dianggap orang tak terhingga, anggapan orang terhadap filsafat berkurang, sebab dianggap sesuatu yang tak berguna untuk hidup. Ternyata dalam ilmu, pengetahuan yang berguna, pasti dan benar itu diperoleh orang melalui inderanya. Empirilah yang memegang peranan yang sangat penting bagi pengetahuan, malahan barangkali satu-satunya dasar pendapat di atas itu disebut empirisme.
Menurut anggapan kaum empiris, gejala-gejala alamiah adalah bersifat kongkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indera manusia gejala itu kalau kita telaah lebih lanjut mempunyai beberapa karakteristik tertentu umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu. Suatu benda padat kalau dipanaskan akan memanjang, langit mendung diikuti dengan turunya hujan. Demikian seterusnya dimana pengamatan kita akan membuahkan pengetahuan mengenai berbagai gejala yang mengikuti pola-pola tertentu. Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu generalisasi dari berbagai kasus yang telah terjadi. Dengan mempergunakan metode induktif maka dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual.
Masalahnya kemudian adalah mengenai hakikat pengalaman yang merupakan cara dalam menemukan pengetahuan dan panca indera sebagai alat yang menangkapnya. Pertanyaannya adalah apakah yang sebenarnya dinamakan pengalaman? Apakah hal itu merupakan presepsi? atau sensasi ? sekiranya kita mendasarkan diri kepada panca indera sebagai alat dalam menangkap gejala fisik yang nyata maka seberapa jauh kita dapat mengandalkan panca indera tersebut ?.
Ternyata kaum empiris tak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan mengenai hakikat pengalaman itu sendiri, sedangkan kekurangan panca indera manusia ini bukan merupakan suatu yang baru bagi kita. Panca indera manusia sangat terbatas kemampuannya terlebih penting lagi panca indera manusia bisa melakukan kesalahan. Contoh yang biasa kita lihat sehari-hari ialah bagaimana tongkat lurus yang sebagian terendam dalam air akan kelihatan menjadi bengkok, haruskah kita mempercayai hal semacam ini sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan.
Kekurangan empirisme selain yang telah disebutkan di atas, adalah memiliki ciri dari kebenaran ilmiah berkaitan erat denmgan maknanya yang secular. Dimana empirisme hanya meyakini yang nampak oleh indera dan mengenyampingkan yang abstrak, sehingga penganut empirisme tidak mengakui akan adanya Tuhan, Surga, Akhirat dan Neraka. Sementara menurut pandangan transcendental kehidupan di Dunia ini bagaimana pun hanya merupakan suatu masa belajar sebelum seseorang memenuhi persyaratan bagi pembebasan rohnya.

Fenomenologi
Dalam mengatasi perselisihan para filosof, tentang cara memperoleh pengetahuan, maka aliran fenomenologi berupaya melakukan elaborasi antara peran akal (rasio) dan indera (pengalaman) dengan maksud untuk melengkapi, menjembatani, bahkan memberikan alternative-alternatif metodis lainnya. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya beberapa faham filsafat baru yang merupakan pengembangan dari empirisme dan rasionalisme, sehingga muncullah faham fenomenologi dan intuisme.
Fenomenologi itu adalah aliran filsafat, yang kira-kira 50 tahun yang lalu dimulai oleh seorang filusuf Jerman bernama Edmun Husserl. Ia dilahirkan di Prosswitz (Moravia) pada tun 1859. Semula ia belajar ilmu pasti di Wina tetapi kemudian ia berpindah studi kefilsafat, berturut-turut ia menjadi guru besar di unversitas Halle, Gottingen dan Freirburg (I.B).
Fenomenon dalam bahasa Inggris berarti fenomena yang berarti perwujudan, gejala, kejadian natural pada kejadian alam. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri atau dapat juga dikatakan sesuatu yang sedang menggejala.
Dalam ensiklopedi, fenomenologi merupakan suatu penelitian sistematik terhadap suatu gejala/pengalaman kesadaran sebagaimana terlihat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Catatan:
Makalah di atas belum lengkap, maka silahkan download lengkapnya...
Read More
Published Januari 25, 2010 by with 0 comment

Mendidik Anak dengan Baik dan Benar

Mendidik Anak dengan Baik dan Benar - Saat ini kita perlu merasa perihatin dengan munculnya beberapa kasus yang menimpa generasi muda ditanah air kita, di mana pada usia yang masih belia, bahkan masih dalam kategori anak-anak, telah terjadi perilaku-perilaku yang tidak lagi bisa dikatagorikan sebagai bentuk “kenakalan” pada umumnya, melainkan sudah menjerumus pada prilaku kriminal. Padahal kita tahu bahwa mereka adalah generasi yang akan meneruskan perjuangan kita; generasi yang akan menjadi bagian dari potret tanah air Indonesia di massa yang datang.

Realitas ini harus kita sikapi secara serius , karena jika tidak , maka kiranya bukanlah suatu hal yang mustahil kasus-kasus seperti itu akan menjalar dan menjangkit mengenai lingkungan kita.Marilah kita kembali kepada konsep ajaran agama Islam yang memandang anak sebagai amanah atau titipan Allah yang harus dijaga dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh, khususnya dalam hal pendidikan dan juga mengenai hal yang lainnya. Memang di zaman sekarang tantangan yang dihadapi begitu besar dan berat, mendidik anak ibarat menggiring domba ditengah kawanan serigala, sedikit lengah , habislah domba itu di mangsanya.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Dalam usia-usia dimana mereka belum stabil dan belum pula memiliki ketahanan, mereka masih dalam proses mencari bentuk dan sangat mudah terpengaruh oleh teman-teman dan lingkunagannya, mereka akan mencari alternatif yang mereka jumpai di sekitarnya yang seringkali mengesampingkan pertimbangan moral. Maka kita harus hati-hati dalam menawarkan figure-figur yang akan menjadi pilihan mereka.Sebagai orang tua atau kakak atau senior, kita harus benar-benar mampu memeberikan alternatif terbaik, agar kepribadian yang mereka miliki juga baik. Dan harus disadari benar bahwa dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang tidak saja besar, tetapi juga menentukan. Rasulullah SAW dalam sebuah hadis menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah atau suci, adapun ia akan menjadi Yahudi atau Nasrani tergantung orang tuanya dalam mendidik dan mempengaruhinya.Dalam kaitannya dengan pendidikan anak-anak atau putra-putri Islam, para ulama menyatakan bahwa kewajiban pertama kali bagi setaip orang tua adalah menanamkan akidah dan tauhid. Maka langkah pertama kali bagi orang tua yang merupakan kewajibannya sebagai adalah menegenalkan mereka kepada Allah SWT, sebagai Tuhannya, serta mengajarkan mereka tentang nilai-nilai ketuhanan.Dalam hal ini, tidak selalu harus ditempuh dengan memberikan pelajaran formal dalam forum khusus atau tertentu, namun bisa memesukkannya ke dalam bentuk budaya dan prilaku sehari-hari. Sebagai contoh adalah dengan mengajarkan bacaan basmalah dan hamdalah serta doa-doa ringan sebelum dan sesudah mengerjakan sesuatu yang baik dalam aktivitas kesehariannya, dan kita pun mencontohkannya.Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,Di samping nilai-nilai ketuhanan seperti disebutkan diatas, juga pendidikan yang harus sejak dini di tanamkan kepada anak adalah kesadaran akan kewajiban kepada Allah Swt. Rasulullah SAW bersabda:
مُرُوْا أوْلَادَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أبْنَاءُ سَبْعِِ سِنِيْنَ وَأضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ. رواه الحاكم
Artinya: “Suruhlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jiak mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah (dengan pukulan yang tidak membahayakn) jika tidak mau melaksanakannya. Kemudian pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR al-Hakim)
Download khutbah lengkapnya...
Read More
Published Januari 21, 2010 by with 0 comment

Sekitar Filsafat Islam

Apakah manusia, alam dan Tuhan itu? Mungkinkah sesuatu yang muncul di alam ini berawal dari ketidak adaan? Bila yang ada dari ketidak adaan atau dari yang ada akan dikemanakan, atau kemana serta kepada siapa akan ia kembali? Setidaknya demikianlah yang menjadi pertanyaan-pertanyaan dalam mengkaji filsafat termasuk filsafat Islam.

Pertanyaan tersebut sukar di jawab. Bukan berarti sulitnya dalam arti kata Tuhan, alam, manusia dan yang ada serta yang tidak ada, akan tetapi karena banyaknya jawaban yang diberikan filsafat manusia terhadap pertanyaan itu sampai pada hakekatnya. Hal ini tiada lain yang akan memberikan jawaban secara hakiki adalah filsafat itu sendiri.

Persoalan pada pertanyaan di atas, pertama sekali dikemukakan oleh orang-orang Yunani dengan munggunakan akal, maka muncullah filosof seperti Thales yang bertanya "apa sebenarnya bahan alam semesta itu ?" ada juga yang menyelesaikan dengan menggunakan indera/ pengalaman seperti al-Kindi dengan ilmu fisika dan matematikanya yang menurutnya ilmu tersebut adakalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat di indera.

Pengertian Filsafat Islam
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang kata dasarnya adalah philein artinya mencintai atau philia, cinta dan sophia artinya kearifan yang pada akhirnya melahirkan kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan dalam pengertian "cinta kearifan" pengertian filsafat ini pertama sekali dipergunakan oleh Pytagoras (572-497 SM). Ia membagai kedalam dua kata "philos" (cinta), sophie (pengetahuan). Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan seseorang yang bernama Leon kepada Pytagoras tentang pekerjaannya. Maka Pytagoras menjawab bahwa pekerjaannya adalah ia sebagai seorang filosof (pencinta pengetahuan). "a lover of wisdom".

Latar Belakang Historis
Kiranya menarik untuk mereka-mereka alasan, mengapa suatu gerakan keagamaan merasa perlu meminjam sistem pemikiran teoritis dari luar, padahal ia sendiri sudah dilengkapi dengan berbagai perangkat teoritis. Para penganut gerakan itu seharusnya merasa bahwa sistem pemikiran mereka sudah lebih dari cukup untuk menghadapi berbagai isu dan masalah konseptual yang mungkin timbul di kemudian hari.

Demikian kasus yang terjadi dalam Islam. Di dalam sistem pemikiran Islam,pertama dan utama, ada Al-Qur’an yang sarat dengan analisis terperinci seputar hakikat realitas dan anjuran-anjuran moral bagi para pembacanya. Setelah Al-Qur’an ada sunnah bagi kebanykan umat muslim,dan bimbingan yang terus menerus, dari pemimpin spritual(Imam) bagi sebahagian yang lain. Kalangan kebanyakan itu disebut muslim sunni lantaran komitmen mereka pada berbagai hadits mengenai prilaku Nabi Muhammad.

Ontologi Filsafat Islam
Walaupun filsafat Islam nampak dengan watak religinya, tetapi filsafat Islam tidak mengabaikan problemantika-problemantika filsafat Islam. Oleh karenanya filsafat Islam memaparkan secara luas teori ada (ontologis), menunjukkan pandangannya tentang waktu, ruang, dan kehidupan. Filsafat Islam membahas secara luas tentang epistemologi, maka ia membedakan antara jiwa dan akal, al-fitri dan al-muktasab (yang bersifat fitri dan bisa dicari), benar dan salah serta membedakan antara

Pemikiran filsafat Islam lebih luas dari sekedar terbatas pada aliran-aliran Aristotelisme Arab saja, karena pemikiran filasafat Islam telah muncul dan dikenal dalam aliran-aliran teologis (Kalamiah) sebelum orang-orang paripatetik (Al-Musya'iyyun) dikenal dan menjadi tokoh. Dalam ilmu kalam terdapat filsafat, sedangkan filsafat benar-benar menukik dan dalam. Mu’tazilah mempunyai pendapat dan pembahasan yang memecahkan berbagai problematika ketuhanan, alam dan manusia.

Epistemologi Filsafat Islam
Epistemilogi sering digandengkan dengan metode ilmiah, sedangkan metode ilmiah adalah cara untuk mengetahui sebuah objek ilmu sebagaimana adanya. Metode ilmiah ini tentu harus disesuaikan dengan sifat dasar objeknya. Karena objek-objek ilmu memiliki sifat dasar, karakter dan status ontologis yang berbeda, maka metode ilmiah, setidaknya dalam epistemologi Islam, juga beragam sesuai dengan objek-objeknya. Tak heran kalau dalam epistemologi Islam ditemukan berbagai metode ilmiah, yakni metode observasi atau eksperimen (tajrib) untuk objek-objek fisik, metode logis (burhani) untuk objek-objek non-fisik dan metode intuitif (irfani) untuk juga objek-objek non-fisik dengan cara yang lebih langsung.

Dengan ketiga macam, metode ilmiah tersebut, ilmuan-ilmuan muslim dan para filosofnya dapat mengadakan penelitian, baik dibidang ilmu-ilmu alam (fisik),matematika, ataupun metafisika, ketiga hal tersebut merupakan kelompok utama ilmuan dalam sistem klasifikasi ilmu Islam.

Aksiologi Filsafat Islam
Secara garis besar kegunaan mempelajari filsafat sebagai berikut yaitu, kegunaan teoritis, yaitu dapat membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis serta rasionalsehingga dapat memperoleh kesimpulan yang benar. Sedangkan secara praktis, bahwa orang berfilsafat dapat dibuktikan dalam kehidupan kesehariannya seperti dalam penggunaan pada pengetahuan tentang: logika, etika, estetika dan lain-lain.

Menurut al-Kindy, filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran) sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu ketuhanan, ilmu kesaan (wahdaniyah), ilmu keutamaan (fadilah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan. Jadi tujuan seorang filosof bersifat teori, yaitu mengetahui kebenaran dan bersifat amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. Semakin dekat pada kebenaran semakin dekat pula kepada kesempurnaan.
Read More
Published Januari 20, 2010 by with 0 comment

Pengertian dan ciri-ciri Ilmu serta sistem kerja keilmuan

Al-Ghazali dalam bukunya "Al-Munqiz min al-Dhalal" sebagaimana dikutip oleh AM. Saefuddin mengatakan:

Janganlah melihat yang benar itu dari manusianya tetapi kenalilah dahulu apa yang benar itu, kemudian engkau baru akan dapat mengenal dan mengetahui siapakah orang yang benar itu.
Meskipun sebagian filosof membedakan antara ilmu dengan pengetahuan, namun dalam makalah ini tidak akan menjadikan keduanya sebagai suatu yang dikotomis untuk dibedakan. Oleh Ahmad Syadali yang dikutip dari Louis Kattsoff dikatakan bahwa bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukannya di dalam ilmu pengetahuan.
Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada dalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga manusia adalah: akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
Bertrand Russel menyampaikan bahwa jika seseorang tertarik pada filsafat, ia tidak akan menjadi filosof yang baik hanya dengan jalan mengetahui fakta-fakta ilmiah yang lebih banyak, melainkan yang harus ia pelajari terlebih dahulu adalah asas-asas, metode-metode, dan pengertian-pengertian yang umum.

Sebelum masuk pada defenisi ilmu, maka ada tiga kategori pengetahuan yang perlu kita kenal, yaitu:7
1. Pengetahuan inderawi (knowlwdge)
pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat dijangkau secara langsung oleh panca indera. Batas pengetahuan ini ialah segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh panca indera. Kedudukan knowledge ini adalah penting sekali, karena ia merupakan tangga untuk melangkah ke ilmu.
2. Pengetahuan keilmuan (science)
pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat diteliti dengan riset atau eksperimen , sehingga apa yang ada di balik knowledge bisa dijangkau. Batas pengetahuan ini ialah segala sesuatu yang tidak terjangkau lagi oleh rsio atau otak dan panca indera.
3. Pengetahuan falsafi
Pengetahuan ini mencakup segala fenomena yang tidak dapat diteliti tapi dapat dipikirkan. Batas pengetahuan ini ialah alam, bahkan juga bisa menembus apa yang ada di luar alam.

Catatan:
Makalah di atas belum lengkap, Download makalah lengkapnya...
Read More